skip to main | skip to sidebar

About me

Unknown
Lihat profil lengkapku

Subscribe To

Postingan
    Atom
Postingan
Semua Komentar
    Atom
Semua Komentar

Archivo del blog

  • ▼ 2014 (9)
    • ► Juli (3)
    • ► Juni (2)
    • ▼ Mei (4)
      • These are my class mates:) Beloved guardian: Mr....
      • loving you was red {bab 1}
      • my story:)
      • Tanpa judul

Followers

chideph onyoon

Minggu, 25 Mei 2014

These are my class mates:)
Beloved guardian: Mr. H. Tamrin Hafidz Nawawi
Male:
Abdu Ghoni, Ahmad Nabil Bintang, Amir Hamzah, Ariza Ilfan, Faiz Naufah Habibie, Herman, Ibnu Hambali, Jati Achmad Prasetyo, M. Affan Ghafar Rahman, M. Irfan Ramadhan, M. Rizky Pahlawan, M. Sa'duddin, M. Abu Dhoyfan, Ridho Edyar
Female:
Alifah Nurizka Handayani, Atin Solihatin, Aulia Mutiah, Cania Datus Fhilia, Chika Scania, Cipta Pakarti Puji, Desi Apriliyani, Desika Rahmawati, Faizah Dewi, Fathya Maudy Azzahra, Hilda Maulina, Ike Mutia, Khopiya Nida, Mega Dwi, Nabilah, Nabila Nisa Syabrina, Nabilatul Andalusia, Nia Kurniasih, Nurhidayah Saniawaty, Prawita Andaresti, Sika Seftia, Sinta Mahesti, Suci Maulidya, Syintia Devi, Widia Tri Priane


Diposting oleh Unknown di 18.33 0 komentar

loving you was red {bab 1}


Aku gak ngerti soal cinta,
Dan gak pernah mau mengerti soal cinta
                “Cici! Denger, ada anak baru lho” seru Fia, ia menempatkan posisi duduknya tepat didepan Cici.
                “Anak baru?” Cici keheranan.
                “Iya”
                “Cewek apa cowok?”
                “Cewek dan cowok!” ujar Fia sambil  mengacungkan jempol dan telunjuknya, membuat tanda ‘piece’
                “Dua-duanya! Anak barunya ada 3 orang, 2 cewek dan satu cowok” jawab Fia.
                “Oh...” Cici tidak banyak komentar.
“Oh doang? Cici!!” Fia jadi gemes sendiri.
“Ya... gua kan belum liat orangnya” Cici beranjak dari tempat duduknya dan maju menghampiri meja guru, membuka daftar absensi dan menelitinya dari nama ke nama.
“Iya, ada 3 nama baru” ujarnya.
“Tuh kaan!!” seru Fia.
Cici tertarik dengan satu nama, Afriza Leonardo Grey. Salah satu dari tiga nama anak baru tadi.
“Eh, lu ngapain?” tanya Rico.
Cici menoleh. “Lagi liat absensi”
“Serius banget!”
“Emang iya ya?”
Rico mengangguk dan berjalan menuju tempat duduknya, diikuti Cici yang juga ikut duduk ditempatnya semula.
“Namanya... Afriza Leonardo Grey!” ujar Cici.
“Terus dua lainnya?” tanya Fia.
Cici mengangkat kedua bahunya, lalu menggeleng.
“Elu Cuma lihat nama yang cowok?” tanya Fia.
“Iya”
“Wah... kayaknya—“
“Jangan salah paham dulu deh, itu juga gara-gara namanya unik, bukannya sengaja cari tau namanya siapa!” Cici langsung membela diri.
“Iya.. iya...”
Satu per satu murid kelas VIII-II masuk kedalam kelas, termasuk Aila. Ia berjalan kearah Cici dan duduk disampingnya.
“Tumben telat” tegur Cici.
Aila Cuma tersenyum.
“Iya nih, papa gue ada urusan sebentar tadi, jadi... agak siang deh”
“Oh...” Cici dan Aila mengangguk.
“Eh, tadi dibawah rame banget! Katanya ada anak baru ya?”
“Iya, katanya sih dari Amrik!” jawab Fia.
“Tiga-tiganya?” tanya Cici.
Fia menggeleng. “Cuma yang cowok  doang”
“Katanya dari Wellingtown!” timbal Aila.
“Amrik!” ralat Fia.
“Bukan Wellingtown?”
“Bukan!”
Cici tidak menanggapi percakapan kedua sahabatnya, ia tidak terlalu tertarik demgan pembicaraan tentang anak baru.
שׂשׂשׂ
Dan ketiga anak baru yang diperdebatkan masuk ke kelas VIII-II yang diikuti oleh Pak Budi. Cici cukup tertegun melihat laki-laki yang bernama Afriza Leonardo Grey tadi. Sampai tak mendengar dua nama lainnya.
Fia menoleh kebelakang, “Imut ya?”
“Siapa?” tanya Aila.
“Si Afriza itu, siapa lagi?”
Dan harus Cici akui. Cowok tadi cukup... tampan! Senyumnya pun masih menghiasi wajahnya sampai ia mendapatkan tempat duduknya.
“Kayaknya... ada yang naksir gitu sama Mr. Grey!” sindir Fia.
“Iya, matanya sampai gak bisa ngedip” tambah Aila.
Tentunya Cici paham dengan siapa yang dimaksud, ia pun menolehkan pandangannya kehadapan kedua sahabatnya.
“Maksudnya gua?”
“Siapa lagi?” goda Aila.
Cici tersenyum simpul.
Haha... gua? Naksir dia? Ada-ada aja”
“Ayo dong! Masa udah kelas dua SMP masih gak naksir-naksir sama orang!” ejek Fia.
“Terserah elu aja deh” ujar Cici pasrah.
Ketiganya tidak menyadari, ada sepasang mata yang memerhatikan salah satu dari mereka. Ia tersenyum sambil memandang orang tersebut dari kejauhan.
Mata abu-abu itu menatap seorang gadis!
שׂשׂשׂ
Aila menuruni anak tangga dengan terburu-buru, sampai ia tak sadar ada Afriza dihadapannya. Bahunya menabrak Afriza seketika.
“Brukk!!!”
Aila tersentak dan menoleh kebelakang.
“Eh, sorry! Sorry ya” ucap Aila.
Afriza mengangguk sambil tersenyum.
“No problem, there is nothing something bothered”
“Sori banget nih, gue lagi buru-buru banget”
“Iya, gak apa-apa”
Aila mengangguk-anggukan kepala, dan kembali menuruni anak tangga. Sampai cowok tadi menyerunya kembali.
“Hei!”
Aila yang merasa dipanggil, menoleh. Afriza melambaikan tangannya.
“Kamu Aila kan?”
Aila mengangguk bingung.
“Salam kenal!”
Aila nyengir kuda, “E... salam kenal juga” balasnya. Ia kembali menuruni anak tangga menuju ruang kepala sekolah, tidak memerdulikan apa yang baru saja terjadi.
Afriza tersenyum, senyuman yang tidak pudar sambil menatap pungging Aila yang kian menjauh dari pandangannya.
שׂשׂשׂ
Cici menatap ponselnya, tidak ada notifikasi apapun. Ia kembali memasukkan ponselnya kedalam tas. Cici berjalan keluar ruang kelasnya, biasa nya ia akan pergi kekantin, tapi hari ini ia malas kemana-mana . Akhirnya hanya berdiri didepan kelasnya.
Sampai orang itu muncul! Cukup mengejutkan bagi Cici, apalagi orang itu terlihat ramah dan penuh senyuman.
“Hai!” sapa Cici kaku.
Afriza menoleh, masih dengan senyumannya.
“Hai!” balasnya, singkat. Ia langsung masuk kedalam kelas. Sentara Cici tersenyum kesal.
“Orang ini gak ramah!” nilainya.
Samar-samar, Cici bisa mendengar sayup-sayup suara seseorang bernyanyi. Ia yang cukup penasaran melirik kedalam kelas lewat daun pintu.
Orang itu bernyanyi! Suaranya— cukup merdu, bukan! Suaranya sangat merdu!!! Lagu yang terlantun terdengar bahagia dan dinyanyikan sepenuh hati.
“Suaranya bagus!”
Untunglah Afriza tidak mendengar komentar Cici, ia juga tidak sadar dengan keberadaan Cici yang terlihat seperti penguntit.
Dan saat ini Cici terpana. Ya, Cici sangat terpesona! Ia juga tak habis fokir, bagaimana bisa sebuah suara berhasil membuatnya tersentuh? Namun ia segera membawa hati dan fikirannya kedalam alam sadarnya.
“Stop Cici!!!”  ia berteriak dalam hati.
Akhirnya ia kalah, ia bejalan meninggalkan ruang kelasnya. Mencari tempat yang cocok untuk menenangkan hati dan fikirannya yang sempat kacau.
“Kan gak lucu kalau gua bisa terhipnotis sama suaranya! Mustahil deh...”
שׂשׂשׂ
Diposting oleh Unknown di 18.08 0 komentar

Senin, 19 Mei 2014

my story:)


this is my story, enjoy reading!:)

LOVING YOU WAS RED
Prolog
                “Oke, sekarang lo!” tunjuk Vindy pada Cici
                Cici hanya merengut, menatap kelima teman-temannya yang sedang menanti jawaban Cici.
                “Lama banget! Jangan-jangan lo suka sama gua lagi!” tuduh Ari yang diikuti gelak tawa lainnya.
                “Ya enggak lah!!” bantah Cici.
“Terus siapa?” tanya Vindy dan Ria, nyaris bersamaan.
Cici harus menyelamatkan dirinya sendiri dari permainan bodoh ini. Jujur- jujuran?! Apa yang harus Cici akui? Kelima teman-temannya membuat permainan yang dimana setiap pemain harus jujur tentang orang yang disukai.
Sedangkan Cici? Apa yang mau ia akui? Ia sendiri tidak tahu.
“ Cici!!! Lama banget!” protes Dion.
“Iya....” Cici menarik napas dalam. “Gua suka sama Geo”
“Geo?!?!” Ria tak percaya.
“Namanya Geo?”
Cici mengangguk.
“Anak mana tuh?” tanya Fathur ragu.
“ Kenalan gua, tetangganya sepupu gua! Orangnya... Cool, tinggi! Pokoknya... oke deh!” Cici membanggakan sosok “GEO” asal-asalan.
“Ada fotonya?” tanya Vindy.
“Liat dong!!!” rengek Ria.
Cici tersenyum penuh kemenangan.
“Gak punya fotonya” jawab Cici sekenanya.
“Yaaaah...”
Cici hanya tertawa mendengar keluhan teman-temannya. Ia tidak peduli dengan protesan mereka, yang penting ia selamat dari permainan konyol ini.
“Oke yang terakhir... Fathur!!” tunjuk Ari. “Lo suka sama siapa?”
“Haha..” Fathur tertawa dengan ringannya.
“Fathur!!” Vindy terlihat tak sabar.
“Ya... elo semua juga udah pada tau kan?” ujar Fathur, ia melirik ke arah Cici sejenak. “Gua suka sama Achi”
“Ya... itu sih gua juga udah tau!” timpal Dion.
“Iya, Achi! Gua juga tau, dia kan pacar lo” Vindy menjitak kepala Fathur.
“Gak pake jitak-jitakan juga kali!” ujar Fathur.
Merekapun tertawa, termasuk Cici. Walaupun ia berbohong, ia merasa beruntung karna kebohongannya tidak dipertanyakan lebih lanjut.
Sampai saat itu!
“Ci, Geo orangnya kayak gimana?” tanya Fathur.
Cici menoleh, menatap Fathur dengan tatapan bingung.
“Geo?”
“Iya, Geo! Orang yang lo suka itu lho! Tetangganya sepupu lo!” jelas Fathur singkat.
Cici kesal.
“Kok orang ini nanyain manusia yang gak ada sih?” pikir Cici.
“Ci?”
Cici nyengir kuda.
“Ya... kayak gitu! Cool, cool banget deh pokoknya!”
Fathur terlihat ragu, tapi ia mengangguk juga. Pandangannya beralih ke arah lapangan.
“Gua main dulu ya!” pamitnya.
Cici mengangguk, tanda setuju.
Fathur berlari menuju ke lapangan, bergabung dengan tim sepak bolanya. Cici memandangnya sambil mendesah pelan.
“Sorry ya... gak mungkin kan kalau gua bilang gua belum pernah jatuh cinta, dan juga gak mungkin jatuh cinta?!” ujar Cici.
שׂשׂשׂ
Diposting oleh Unknown di 22.49 0 komentar
Diposting oleh Unknown di 13.37 0 komentar
Postingan Lebih Baru Beranda
Langganan: Postingan (Atom)

Blog Design by Gisele Jaquenod