this is my story, enjoy reading!:)
LOVING YOU WAS RED
Prolog
“Oke,
sekarang lo!” tunjuk Vindy pada Cici
Cici
hanya merengut, menatap kelima teman-temannya yang sedang menanti jawaban Cici.
“Lama
banget! Jangan-jangan lo suka sama gua lagi!” tuduh Ari yang diikuti gelak tawa
lainnya.
“Ya
enggak lah!!” bantah Cici.
“Terus siapa?” tanya Vindy dan
Ria, nyaris bersamaan.
Cici harus menyelamatkan dirinya
sendiri dari permainan bodoh ini. Jujur- jujuran?! Apa yang harus Cici akui?
Kelima teman-temannya membuat permainan yang dimana setiap pemain harus jujur
tentang orang yang disukai.
Sedangkan Cici? Apa yang mau ia
akui? Ia sendiri tidak tahu.
“ Cici!!! Lama banget!” protes
Dion.
“Iya....” Cici menarik napas
dalam. “Gua suka sama Geo”
“Geo?!?!” Ria tak percaya.
“Namanya Geo?”
Cici mengangguk.
“Anak mana tuh?” tanya Fathur
ragu.
“ Kenalan gua, tetangganya sepupu
gua! Orangnya... Cool, tinggi! Pokoknya... oke deh!” Cici membanggakan sosok
“GEO” asal-asalan.
“Ada fotonya?” tanya Vindy.
“Liat dong!!!” rengek Ria.
Cici tersenyum penuh kemenangan.
“Gak punya fotonya” jawab Cici
sekenanya.
“Yaaaah...”
Cici hanya tertawa mendengar
keluhan teman-temannya. Ia tidak peduli dengan protesan mereka, yang penting ia
selamat dari permainan konyol ini.
“Oke yang terakhir... Fathur!!”
tunjuk Ari. “Lo suka sama siapa?”
“Haha..” Fathur tertawa dengan
ringannya.
“Fathur!!” Vindy terlihat tak
sabar.
“Ya... elo semua juga udah pada
tau kan?” ujar Fathur, ia melirik ke arah Cici sejenak. “Gua suka sama Achi”
“Ya... itu sih gua juga udah
tau!” timpal Dion.
“Iya, Achi! Gua juga tau, dia kan
pacar lo” Vindy menjitak kepala Fathur.
“Gak pake jitak-jitakan juga
kali!” ujar Fathur.
Merekapun tertawa, termasuk Cici.
Walaupun ia berbohong, ia merasa beruntung karna kebohongannya tidak
dipertanyakan lebih lanjut.
Sampai saat itu!
“Ci, Geo orangnya kayak gimana?”
tanya Fathur.
Cici menoleh, menatap Fathur
dengan tatapan bingung.
“Geo?”
“Iya, Geo! Orang yang lo suka itu
lho! Tetangganya sepupu lo!” jelas Fathur singkat.
Cici kesal.
“Kok orang ini nanyain manusia
yang gak ada sih?” pikir Cici.
“Ci?”
Cici nyengir kuda.
“Ya... kayak gitu! Cool, cool
banget deh pokoknya!”
Fathur terlihat ragu, tapi ia
mengangguk juga. Pandangannya beralih ke arah lapangan.
“Gua main dulu ya!” pamitnya.
Cici mengangguk, tanda setuju.
Fathur berlari menuju ke
lapangan, bergabung dengan tim sepak bolanya. Cici memandangnya sambil mendesah
pelan.
“Sorry ya... gak mungkin kan
kalau gua bilang gua belum pernah jatuh cinta, dan juga gak mungkin jatuh
cinta?!” ujar Cici.
שׂשׂשׂ
0 komentar:
Posting Komentar