skip to main | skip to sidebar

About me

Unknown
Lihat profil lengkapku

Subscribe To

Postingan
    Atom
Postingan
Komentar
    Atom
Komentar

Archivo del blog

  • ▼ 2014 (9)
    • ► Juli (3)
    • ► Juni (2)
    • ▼ Mei (4)
      • These are my class mates:) Beloved guardian: Mr....
      • loving you was red {bab 1}
      • my story:)
      • Tanpa judul

Followers

chideph onyoon

Minggu, 25 Mei 2014

loving you was red {bab 1}


Aku gak ngerti soal cinta,
Dan gak pernah mau mengerti soal cinta
                “Cici! Denger, ada anak baru lho” seru Fia, ia menempatkan posisi duduknya tepat didepan Cici.
                “Anak baru?” Cici keheranan.
                “Iya”
                “Cewek apa cowok?”
                “Cewek dan cowok!” ujar Fia sambil  mengacungkan jempol dan telunjuknya, membuat tanda ‘piece’
                “Dua-duanya! Anak barunya ada 3 orang, 2 cewek dan satu cowok” jawab Fia.
                “Oh...” Cici tidak banyak komentar.
“Oh doang? Cici!!” Fia jadi gemes sendiri.
“Ya... gua kan belum liat orangnya” Cici beranjak dari tempat duduknya dan maju menghampiri meja guru, membuka daftar absensi dan menelitinya dari nama ke nama.
“Iya, ada 3 nama baru” ujarnya.
“Tuh kaan!!” seru Fia.
Cici tertarik dengan satu nama, Afriza Leonardo Grey. Salah satu dari tiga nama anak baru tadi.
“Eh, lu ngapain?” tanya Rico.
Cici menoleh. “Lagi liat absensi”
“Serius banget!”
“Emang iya ya?”
Rico mengangguk dan berjalan menuju tempat duduknya, diikuti Cici yang juga ikut duduk ditempatnya semula.
“Namanya... Afriza Leonardo Grey!” ujar Cici.
“Terus dua lainnya?” tanya Fia.
Cici mengangkat kedua bahunya, lalu menggeleng.
“Elu Cuma lihat nama yang cowok?” tanya Fia.
“Iya”
“Wah... kayaknya—“
“Jangan salah paham dulu deh, itu juga gara-gara namanya unik, bukannya sengaja cari tau namanya siapa!” Cici langsung membela diri.
“Iya.. iya...”
Satu per satu murid kelas VIII-II masuk kedalam kelas, termasuk Aila. Ia berjalan kearah Cici dan duduk disampingnya.
“Tumben telat” tegur Cici.
Aila Cuma tersenyum.
“Iya nih, papa gue ada urusan sebentar tadi, jadi... agak siang deh”
“Oh...” Cici dan Aila mengangguk.
“Eh, tadi dibawah rame banget! Katanya ada anak baru ya?”
“Iya, katanya sih dari Amrik!” jawab Fia.
“Tiga-tiganya?” tanya Cici.
Fia menggeleng. “Cuma yang cowok  doang”
“Katanya dari Wellingtown!” timbal Aila.
“Amrik!” ralat Fia.
“Bukan Wellingtown?”
“Bukan!”
Cici tidak menanggapi percakapan kedua sahabatnya, ia tidak terlalu tertarik demgan pembicaraan tentang anak baru.
שׂשׂשׂ
Dan ketiga anak baru yang diperdebatkan masuk ke kelas VIII-II yang diikuti oleh Pak Budi. Cici cukup tertegun melihat laki-laki yang bernama Afriza Leonardo Grey tadi. Sampai tak mendengar dua nama lainnya.
Fia menoleh kebelakang, “Imut ya?”
“Siapa?” tanya Aila.
“Si Afriza itu, siapa lagi?”
Dan harus Cici akui. Cowok tadi cukup... tampan! Senyumnya pun masih menghiasi wajahnya sampai ia mendapatkan tempat duduknya.
“Kayaknya... ada yang naksir gitu sama Mr. Grey!” sindir Fia.
“Iya, matanya sampai gak bisa ngedip” tambah Aila.
Tentunya Cici paham dengan siapa yang dimaksud, ia pun menolehkan pandangannya kehadapan kedua sahabatnya.
“Maksudnya gua?”
“Siapa lagi?” goda Aila.
Cici tersenyum simpul.
Haha... gua? Naksir dia? Ada-ada aja”
“Ayo dong! Masa udah kelas dua SMP masih gak naksir-naksir sama orang!” ejek Fia.
“Terserah elu aja deh” ujar Cici pasrah.
Ketiganya tidak menyadari, ada sepasang mata yang memerhatikan salah satu dari mereka. Ia tersenyum sambil memandang orang tersebut dari kejauhan.
Mata abu-abu itu menatap seorang gadis!
שׂשׂשׂ
Aila menuruni anak tangga dengan terburu-buru, sampai ia tak sadar ada Afriza dihadapannya. Bahunya menabrak Afriza seketika.
“Brukk!!!”
Aila tersentak dan menoleh kebelakang.
“Eh, sorry! Sorry ya” ucap Aila.
Afriza mengangguk sambil tersenyum.
“No problem, there is nothing something bothered”
“Sori banget nih, gue lagi buru-buru banget”
“Iya, gak apa-apa”
Aila mengangguk-anggukan kepala, dan kembali menuruni anak tangga. Sampai cowok tadi menyerunya kembali.
“Hei!”
Aila yang merasa dipanggil, menoleh. Afriza melambaikan tangannya.
“Kamu Aila kan?”
Aila mengangguk bingung.
“Salam kenal!”
Aila nyengir kuda, “E... salam kenal juga” balasnya. Ia kembali menuruni anak tangga menuju ruang kepala sekolah, tidak memerdulikan apa yang baru saja terjadi.
Afriza tersenyum, senyuman yang tidak pudar sambil menatap pungging Aila yang kian menjauh dari pandangannya.
שׂשׂשׂ
Cici menatap ponselnya, tidak ada notifikasi apapun. Ia kembali memasukkan ponselnya kedalam tas. Cici berjalan keluar ruang kelasnya, biasa nya ia akan pergi kekantin, tapi hari ini ia malas kemana-mana . Akhirnya hanya berdiri didepan kelasnya.
Sampai orang itu muncul! Cukup mengejutkan bagi Cici, apalagi orang itu terlihat ramah dan penuh senyuman.
“Hai!” sapa Cici kaku.
Afriza menoleh, masih dengan senyumannya.
“Hai!” balasnya, singkat. Ia langsung masuk kedalam kelas. Sentara Cici tersenyum kesal.
“Orang ini gak ramah!” nilainya.
Samar-samar, Cici bisa mendengar sayup-sayup suara seseorang bernyanyi. Ia yang cukup penasaran melirik kedalam kelas lewat daun pintu.
Orang itu bernyanyi! Suaranya— cukup merdu, bukan! Suaranya sangat merdu!!! Lagu yang terlantun terdengar bahagia dan dinyanyikan sepenuh hati.
“Suaranya bagus!”
Untunglah Afriza tidak mendengar komentar Cici, ia juga tidak sadar dengan keberadaan Cici yang terlihat seperti penguntit.
Dan saat ini Cici terpana. Ya, Cici sangat terpesona! Ia juga tak habis fokir, bagaimana bisa sebuah suara berhasil membuatnya tersentuh? Namun ia segera membawa hati dan fikirannya kedalam alam sadarnya.
“Stop Cici!!!”  ia berteriak dalam hati.
Akhirnya ia kalah, ia bejalan meninggalkan ruang kelasnya. Mencari tempat yang cocok untuk menenangkan hati dan fikirannya yang sempat kacau.
“Kan gak lucu kalau gua bisa terhipnotis sama suaranya! Mustahil deh...”
שׂשׂשׂ
Diposting oleh Unknown di 18.08

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Blog Design by Gisele Jaquenod