Kalau ada orang yang menanyakan siapa orang yang
memunafikkan cinta
Itu adalah AKU
“Baju lo gitu aja, Ci?” tanya
Vindy.
Cici mengangguk, lalu
memerhatikan baju yang dipakainya. Untuk kesekian kalinya, ia merasa tidak ada
yang salah dengan itu.
“Simple” komentar Ria.
“Emangnya kita mau kemana
cakep-cakep?”
“Setidaknya gitu Ci...” ucap Vindy.
“Setidaknya gitu Ci...” ucap Vindy.
“Gak akan ada yang komentar kok!
Ya... gua juga yakin gak bakal ada yang naksir kalau gua dandan cantik-cantik”
ujar Cici cuek.
“Dasar...” dengus Dion.
“Tapi cantik kok!” puji Fathur.
Cici menoleh, begitu juga dengan yang lainnya.
“Cantik?” tanya Ari tak yakin, “Tadi lu bilang cantik ya?”
Fathur mengangguk, “Iya, simple, tapi cantik kok!”
Yang dipuji cuma nyengir kuda, lalu berkomentar pedas, “Lo gak usah muji
gua deh, gak mempan tau”
“Tapi emang cantik sih” sekarang ria mulai ikut-ikutan.
Cici menggeleng. Hari ini keenamnya mengadakan acara kecil-kecilan di
sebuah food court yang ada di salah satu pusat perbelanjaan untuk merayakan
hari ulang tahun Fathur.
“Well... happy birthday ya!” ucap Vindy,disusul dengan ucapan dari yang
lainnya.
“Thank’s ya semua” ucap Fathur.
“Elo mau hadiah apa?” tanya Dion, diikuti tawa yang lainnya.
“Entah, gak usah dikasih hadiah juga gak apa, yang penting kita bisa
kumpul begini” jawab Fathur.
Cici mengangguk, “Bagus deh”
Tawa kembali terdengar.
Fathur merayakan ulang tahunnya yang ke 13. Dan ia berfikir layaknya
para ABG yang mentraktir teman-temannya saat ulang tahun.
“Fathur udah tua nih!” goda Vindy.
“Iya, jadi yang paling tua diantara kita” tambah Dion.
Fathur ikut tertawa, lalu melirik kearah Ria, “Lho? Bukannya bulan
depanada yang berumur 13 juga ya?”
Ria menyadari kalau ia yang dimaksud, dan langsung memelototi Fathur.
“Yee... tapi kan gue gak jadi nenek-nenek! Itu namanya tahap
pendewasaan” bela Ria.
“Iya, betul juga tuh!” tambah Dion.
“Berarti... gue udah dewasa dong?” tanya Fathur.
“Ya... kalau elo bisa berhenti dari hobi lo yang suka ngumpetin
sendalnya Cici” ejek Vindy.
Keenamnya tertawa lagi.
“Iya, lo harus berhenti ngumpetin sendal gue!” tegas Cici.
“Anak kecil diem aja deh” ejek
Fathur.
Cici cemberut, Fathur dan yang lainnya tertawa.
“Cici... Cici...”
“Kayak bocah banget deh!” ujar Ari.
שׂשׂשׂ
Perjalanan
pulang, merekapun berpisah. Kecuali Fathur, Ari dan Cici. Rumah mereka
kebetulan satu arah.
“Kok pacar lo
enggak kesini sih?” tanya Ari.
Orang yang
dimaksud Ari tentu saja Achi, pacar Fathur yang saat ini tinggal di Bogor, dan
Achi sendiri adalah sepupu dion.
“Dia gak bisa
kesini” jawab Fathur.
“Terus kenapa
lo gak kesana?”
“Ya... gue
lagi mau ngumpul-ngumpul bareng kalian semua aja”
Fathur
menoleh ke jok dibelakang, “Cici, diem aja?”
“Ngantuk”
jawab Cici singkat.
“Kekenyangan?”
“Mungkin”
jawab Cici sekenanya.
Ari ikut
melirik kearah Cici yang duduk disampingnya, dari matanya memang menunjukkan
kalau ia benar-benar mengantuk.
“Eh Ci, kalau
elo ulang tahun, ajak Geo ya!” usul Fathur.
Cici
tersentak kaget, begitu pila dengan Ari.
“Geo?”
“Iya, Geo!”
jawab Fathur, “Gue penasaran sama cowok yang namanya Geo itu”
“Mm... gue
juga penasaran nih! Nanti kenalin sama kita ya” tambah Ari.
Cici nyengir
kuda, tokoh khayalan yang sempat ia jadikan super hero gara-gara pemainan
konyol jujur-jujuran beberapa waktu lalu, kini menjadi malapetaka untuk Cici.
“Nih orang
kenapa nanyain orang yang gak ada sih? Gua aja gak inget sama si Geo!” gerutu Cici.
“Iya deh,
nanti gue bujuk”
“OKE!” ucap
Fathur kegirangan.
Ari melirik
kearah Cici, dari air mukanya, ia bisa tau apa yang difikirkan Cici saat ini,
Ari bisa membaca gelagatnya.
“Geo—“ bisik
Ari pelan.
Cici
tersentak, ia memelototi Ari.
“—gak ada
kan?” lanjut Fathur.
Cici
mengangguk pelan, kemudian balik berbisik.
“Jangan
bilang ke yang lain ya” pinta Cici.
“Kenapa lo
gak jujur aja kalau lo lagi enggak fall
in love?”
“Nanti.. gua
dikejar-kejar lagi! Gua kan gak suka!”
שׂשׂשׂ
0 komentar:
Posting Komentar