Aku mungkin memang menolak kehadiran Cinta
Tapi setidaknya aku senang orang lain bisa merasakan
Cinta
Pagi itu, mendung. Cici malas beranjak dari tempat
tidurnya yang empuk. aApa lagi ini hari libur, ia makin malas saja.
“Cici!
Banguuun!!!”
Mama sudah
berada didepan kamar Cici. Mau tidak mau Cici beranjak dari tempat tidur dan
membuka pintu kamarnya.
“Kenapa, ma?”
“Bangun
sayang, udah jam berapa sekarang? Jangan mentang-mentang lagi liburan kamu bisa
bangun sesiang-siangnnya” tegur mamanya.
Cici
mengangguk.
“Lagian,
sebentar lagi ada tamu!”
“Siapa?”
“Teman-teman
kakak kamu”
“Ya... kan
udah biasa!” protes Cici.
“Setidaknya
nanti kamu temui mereka”
Cici
mengangguk, mengiyakan.
“Oh, iya!
Bukannya kamu mau perpisahan sama keluarganya pak Arko?” tanya mama.
Sekarang Cici
baru ingat agendanya hari ini, ia langsung mengambil handuknya dan bergegas
masuk ke kamar mandi. Ia tidak mau kehilangan momen ini. Keluarga pak Arko akan
pindah rumah, itu berarti salah satu teman baiknya juga pindah.
Fathur...
שׂשׂשׂ
Cici keluar
dari kamarnya, dan bergegas keluar rumah, ia melirik sebentar kearah
teman-teman kakaknya.
“Cici!” panggil
Bima, kakak Cici.
Cici menoleh,
kakaknya itu sedang duduk berdua dengan kak Dhira, pacarnya.
“Salaman dulu
dong sama temen-temen gue!” tegur Bima.
Cici menurut,
ia menyalami kelima teman-teman kakaknya, termasuk Dhira.
“Mau kemana,
Ci?” tanya Dhira, ramah.
“Mau
perpisahan, nih!” jawab Cici, girang.
Bima dan
Dhira saling berpandangan, pandangan yang penuh tanya.
“Kok
perpisahan seneng banget?” tanya Dhira heran.
“Tau nih!”
Bima mengekor.
Cici
menggaruk-garuk kepalanya, yang sebenarnya sama sekali tidak gatal.
“Terus harus
sedih?” tanya Cici.
“Ya... enggak
juga sih” jawab Dhira.
“Ya sudah
sana! Nanti gue nyusul deh kalau mereka mau berangkat” ujar Bima.
Cici
mengangguk dan berpamitan. Saat keluar dari perkarangan rumahnya, ia melirik
kearah Bima dan Dhira yang sudah asik dengan dunianya masing-masing, terlihat
bahagia. Ia hanya berharap semoga suatu saat Dhira menjadi kakak iparnya
sungguhan.
שׂשׂשׂ
“Nah... ini
nih yang ditunggu!” ucap Dion.
Cici terkejut
karena semua teman-temannya sudah berkumpul semua.
“Hai!” sapa
Cici tanpa dosa, “Gua gak telat-telat banget kan?”
“Enggak juga”
sindir Ria.
Cici melirik
kearah Fathur, Fathur tengah menatapnya.
“Kok lo
pindah sih? Mentang-mentang udah lilus SD, ngelanjutinnya di Bogor!” protes
Cici.
“Ini kan
keputusan orang tua gue” jelas Fathur.
“Mau nyusul
Achi tuh!” goda Vindy.
“Iya,
sama-sama sekolah di Bogor gitu, biar gak LDR lagi!” tambah Ari.
Fathur
menggeleng, “Ada-ada aja lo pada!”
“Iya kan? Mau
sekolah di SMP yang sama kayak Achi” Dion ikut menambahkan.
Keenamnya
tertawa.
“Nanti gue
juga mau ke Bogor, ah! Gue mau nerusin SMP disana bareng Fathur!” ujar Vindy
dengan semangat.
“Yakin?”
tanya Fathur.
Vindy malah
tertawa, lalu menoleh kearah Cici.
“Lo mau ikut
Fathur gak, Ci?”
“Gua?” tanya
Cici.
Vindy
mengangguk.
“Ngapain? Gua
kan belum lulus SD. Masih kelas 5, calon kelas 6. Gua gak mau kehilangan
saat-saat membahagiakan dikelas akhir”
“Ikut aja
yuk!” ajak Fathur iseng.
Cici tertawa.
“Makasih
deh...” ucapnya polos.
Setelah
bincang-bincang cukup lama, akhirnya Fathur dan keluarganya harus pegi.
Barang-barang sudah lebih dulu diangkut kemarin, dan sisanya baru tadi pagi.
“Hati-hati
ya, bung!” Dion menepuk pundak Fathur.
“Iya, jaga
diri disana!” tambah Ari.
“Jangan
macam-macam ya disana!” Vindy ikut-ikutan memukul pundak Fathur.
“Mm... lo—“
suara Ria terdengar terputus-putus karena tangisan, “—lo baik... lo baik-baik
aja ya!”
“Iya, jangan
nangis gitu dong Ria” Fathur memeluk Ria, pelukan persahabatan.
Vindy, Ari
dan Dion juga dipeluk bergantian. Saat dihadapan Cici, Fathur hanya
mengacak-acak rambutnya. Ia amat tau, Cici tidak suka dipeluk, apalagi dicium.
“Jaga diri
ya, Ci!”
Cici
tersenyum sambil mengacungkan jempolnya.
“Siip! Lo
juga ya!”
Keduanya
saling melempar senyum. Fathur menghampiri Ari dan membisikan sesuatu padanya.
Ari mengangguk. Fathur melambaikan tangan pada kelimanya.
“Bye!!!”
Ia masuk
kedalam mobil, mobil yang berjalan menjauh. Kelimanya termasuk Cici, hanya bisa
menatapnya.
שׂשׂשׂ
0 komentar:
Posting Komentar